Kamis, 13 Maret 2014
Kisah Pembelajaran Abdullah, Hafidz Al Qur'an Usia 10 Tahun
Ayahnya, Farid Fadhillah, bercerita:
Dari beberapa orang yang nanya ke saya bahwa mereka tidak bisa mendidik anak-anak hafidz dan hafidzoh karena mereka sendiri tidak hafidz, sementara anak-anak sekolah di sekolah umum. Ana beri gambaran keadaan Abdullah dan uminya sebagai guru utamanya. Abdullah termasuk anak yang lambat bicaranya. Dia baru berbicara di usianya 4.5 tahun.
Sementara ibunya bukanlah hafidhoh, bukan ustadzah, hanya orang biasa saja. Abdullah pun sekolah di sekolah umum bukan pesantren. Bukan pula sekolah tahfidz sebagaimana umumnya di jumpai di Saudi. Abdullah mulai belajar al quran dari saya dengan panduan kitab IQRA yang melegenda itu. Usianya 4.5 tahunan ketika itu. Dan mulai menghafal al quran dengan bimbingan uminya di usia menjelang 5 tahun.
Dia menghafal dari potongan suku kata. Uminya membaca dia mengikuti per suku kata.. berpuluh-puluh kali. Setelah hafal suku kata tersebut pindah ke suku kata berikutnya. Terus berpuluh-puluh kali di ulangi. Sampai dapat 1 baris. Kemudian di ulangi lagi 1 baris tersebut berpuluh-piluh kali. Sampai dia hafal betul. Setelah itu baru pindah ke baris ke 2...
Sehari ketika itu hanya dapat 1 atau 2 baris saja tergantung kondisi Abdullah. Oya Abdullah menghafal dari belakang ke depan. Kecuali al Fatihah. Jadi surat pertama setelah al Fatihah adalah an-Naas dan seterusnya sampai al-Baqarah. Esok harinya dia akan mengulangi lagi apa yang dia hafalkan hari sebelumnya. Sebelum dia menambah 1 atau 2 baris lagi hari ini. Terus begitu hingga dapat 1 surat. Setelah itu barulah dia mengulangi-ulangi surat tersebut di satu hari itu saja. Dia akan murojaah lagi ketika sudah dapat satu halaman.
Uminya luar biasa sabar membimbing hafalan per suku kata ini sampai Abdullah hafal 2 juz terakhir, yakni 29 dan 30. Setelah itu barulah dinaikkan hafapannya menjadi 4 baris sehari hingga setengah halaman maksimum, karena dia juga harus belajar pelajaran lainnya. Hafalan 4 baris hingga setengah halaman perhari ini berlangsung kira-kira sampai juz ke-20.
Selama masa aktif sekolah paling-paling dapat 2 juz saja. Dia dapat banyak hafalan ketika musim liburan. Tentunya semakin lama semakin cepat hafalannya. Sampai-sampai ketika sudah kurang 5 atau 6 juz terakhir dia sanggup menghafal hingga 4.5 halaman perharinya. Seingat saya al-Baqarah selesai dalam waktu kira-kira 2 minggu. Pas ketika musim liburan antar semester di Saudi.
Kalau musim liburan sekolah Abdullah start menghafal setelah sarapan pagi kira-kira pukul 6 pagi waktu Saudi. Terus selama 2 jam dia menghafal sampai kira-kira pukul 8, kemudian istirahat setengah jam kemudian hafalan lagi sampai jam 10, kemudian istirahat lagi setengah jam, kemudian lanjut lagi hingga jam 12. Kemudian sholat dzuhur dan makan siang dan istirahat hingga pukul 2 siang. Kemudian pukul 3 siang lanjut lagi sampai waktu ashar. Setelah ashar lanjut lagi hingga maghrib.
Dan istri saya mendidik hafalan adeknya Abdullah yaitu Abdurrahman juga. Yang alhamdulillah sudah dapat 12 juz. Abdullah hafalan sendiri, uminya nerima setoran adiknya. Setelah adiknya selesai nyetor hafalan gantian Abdullah yang setor sementara adiknya hafalan sendiri terus begitu. Istri saya hampir tiap malam sampai sakit punggung akibat lamanya duduk untuk nyimak hafalan dan setoran anak-anak.
Sudah 5 tahun lebih seperti itu. Sekarang Abdullah tinggal murojaah terus. Fokus dipindah ke Abdurrahman. Dalam 1 tahun kedepan giliran adeknya Abdurrahman yaitu Abdurrazzaq sudah menunngu juga.
Subhanallah...
Sekian cerita beliau. Cerita di atas saya dapatkan langsung dari pak Farid selaku ayah dari Abdullah, dan beliau sudah izinkan untuk share cerita di atas.
Oleh: Akh Muhammad Nashiruddin Hasan
Dari beberapa orang yang nanya ke saya bahwa mereka tidak bisa mendidik anak-anak hafidz dan hafidzoh karena mereka sendiri tidak hafidz, sementara anak-anak sekolah di sekolah umum. Ana beri gambaran keadaan Abdullah dan uminya sebagai guru utamanya. Abdullah termasuk anak yang lambat bicaranya. Dia baru berbicara di usianya 4.5 tahun.
Sementara ibunya bukanlah hafidhoh, bukan ustadzah, hanya orang biasa saja. Abdullah pun sekolah di sekolah umum bukan pesantren. Bukan pula sekolah tahfidz sebagaimana umumnya di jumpai di Saudi. Abdullah mulai belajar al quran dari saya dengan panduan kitab IQRA yang melegenda itu. Usianya 4.5 tahunan ketika itu. Dan mulai menghafal al quran dengan bimbingan uminya di usia menjelang 5 tahun.
Dia menghafal dari potongan suku kata. Uminya membaca dia mengikuti per suku kata.. berpuluh-puluh kali. Setelah hafal suku kata tersebut pindah ke suku kata berikutnya. Terus berpuluh-puluh kali di ulangi. Sampai dapat 1 baris. Kemudian di ulangi lagi 1 baris tersebut berpuluh-piluh kali. Sampai dia hafal betul. Setelah itu baru pindah ke baris ke 2...
Sehari ketika itu hanya dapat 1 atau 2 baris saja tergantung kondisi Abdullah. Oya Abdullah menghafal dari belakang ke depan. Kecuali al Fatihah. Jadi surat pertama setelah al Fatihah adalah an-Naas dan seterusnya sampai al-Baqarah. Esok harinya dia akan mengulangi lagi apa yang dia hafalkan hari sebelumnya. Sebelum dia menambah 1 atau 2 baris lagi hari ini. Terus begitu hingga dapat 1 surat. Setelah itu barulah dia mengulangi-ulangi surat tersebut di satu hari itu saja. Dia akan murojaah lagi ketika sudah dapat satu halaman.
Uminya luar biasa sabar membimbing hafalan per suku kata ini sampai Abdullah hafal 2 juz terakhir, yakni 29 dan 30. Setelah itu barulah dinaikkan hafapannya menjadi 4 baris sehari hingga setengah halaman maksimum, karena dia juga harus belajar pelajaran lainnya. Hafalan 4 baris hingga setengah halaman perhari ini berlangsung kira-kira sampai juz ke-20.
Selama masa aktif sekolah paling-paling dapat 2 juz saja. Dia dapat banyak hafalan ketika musim liburan. Tentunya semakin lama semakin cepat hafalannya. Sampai-sampai ketika sudah kurang 5 atau 6 juz terakhir dia sanggup menghafal hingga 4.5 halaman perharinya. Seingat saya al-Baqarah selesai dalam waktu kira-kira 2 minggu. Pas ketika musim liburan antar semester di Saudi.
Kalau musim liburan sekolah Abdullah start menghafal setelah sarapan pagi kira-kira pukul 6 pagi waktu Saudi. Terus selama 2 jam dia menghafal sampai kira-kira pukul 8, kemudian istirahat setengah jam kemudian hafalan lagi sampai jam 10, kemudian istirahat lagi setengah jam, kemudian lanjut lagi hingga jam 12. Kemudian sholat dzuhur dan makan siang dan istirahat hingga pukul 2 siang. Kemudian pukul 3 siang lanjut lagi sampai waktu ashar. Setelah ashar lanjut lagi hingga maghrib.
Dan istri saya mendidik hafalan adeknya Abdullah yaitu Abdurrahman juga. Yang alhamdulillah sudah dapat 12 juz. Abdullah hafalan sendiri, uminya nerima setoran adiknya. Setelah adiknya selesai nyetor hafalan gantian Abdullah yang setor sementara adiknya hafalan sendiri terus begitu. Istri saya hampir tiap malam sampai sakit punggung akibat lamanya duduk untuk nyimak hafalan dan setoran anak-anak.
Sudah 5 tahun lebih seperti itu. Sekarang Abdullah tinggal murojaah terus. Fokus dipindah ke Abdurrahman. Dalam 1 tahun kedepan giliran adeknya Abdurrahman yaitu Abdurrazzaq sudah menunngu juga.
Subhanallah...
Sekian cerita beliau. Cerita di atas saya dapatkan langsung dari pak Farid selaku ayah dari Abdullah, dan beliau sudah izinkan untuk share cerita di atas.
Oleh: Akh Muhammad Nashiruddin Hasan
Created with Artisteer
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
In the Results part, we start with an evaluation of wager distribution and log-ratios between successive wagers, which helps us to understand the gamblers’ wagering technique. We then give attention to} an evaluation of threat perspective by studying the distribution of the odds gamers select to wager with. We conclude by extending our discussion to the evaluation of internet incomes of gamblers seen as random 카지노 walks. Detailed details about the games and datasets discussed in this paper may be found within the Methods part. Scalability means 1000's of concurrent gamers can enjoy the stay games on all gadgets.
BalasHapus